MakalahUrgensi, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Bagi Anak Usia Dini. BAB I: PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan masih disandang bangsa Indonesia. Hal ini dapat diminimalkan dengan mengoptimalkan pendidikan pada anak sejak dini. Pada usia 0-6 tahun anak perlu mendapat perhatian khusus karena saat inilah kesiapan mental dan emosionalnya mulai

Makalah Urgensi, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Bagi Anak Usia DiniBAB I PENDAHULUANRendahnya mutu pendidikan masih disandang bangsa Indonesia. Hal ini dapat diminimalkan dengan mengoptimalkan pendidikan pada anak sejak dini. Pada usia 0-6 tahun anak perlu mendapat perhatian khusus karena saat inilah kesiapan mental dan emosionalnya mulai terbentuk. Penelitian terhadap Pendidikan Anak Usia Dini PAUD menunjukkan bahwa mutu pendidikan dan keberhasilan akademis secara signifikan dipengaruhi oleh kualitas masukan pendidikan, yaitu kesiapan mental dan emosional anak saat memasuki sekolah mulai belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya sejak bayi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan otak bayi dibentuk pada usia nol sampai enam tahun. Oleh sebab itu asupan nutrisi yang cukup juga harus diperhatikan. Para ahli neurologi meyakini sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia terjadi pada usia empat tahun, 80% terjadi ketika usia delapan tahun, dan 100% ketika anak mencapai usia 8-18 tahun. Itulah sebabnya, mengapa masa anak-anak dinamakan masa keemasan. Sebab, setelah masa perkembangan ini lewat, berapapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu, tidak akan meningkat yang memiliki anak, tentu tidak ingin melewatkan masa keemasan ini. Berdasarkan kajian neurologi dan psikologi, perkembangan kualitas anak usia dini disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan juga dipengaruhi faktor kesehatan, gizi, dan psikososial yang diperoleh dari lingkungannya. Maka, faktor lingkungan harus direkayasa semaksimal mungkin agar kekurangan yang ditimbulkan faktor bawaan tersebut bisa tahun-tahun pertama kehidupan, otak anak berkembang sangat pesat dan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan yang memuat berbagai kemampuan dan potensi. Nutrisi bagi perkembangan anak merupakan faktor terpenting yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang terdapat enam aspek yang harus diperhatikan terkait dengan perkembangan anak antara lainPerkembangan fisik hal ini terkait dengan perkembangan motorik dan fisik anak seperti berjalan dan kemampuan mengontrol pergerakan sensorik berkaitan dengan kemampuan anak menggunakan panca indra dalam mengumpulkan komunikasi dan bahasa terkait dengan kemampuan menangkap rangsangan visual dan suara serta meresponnya, terutama berhubungan dengan kemampuan berbahasa dan mengekspresikan pikiran dan kognitif berkaitan dengan bagaimana anak berpikir dan emosional berkaitan dengan kemampuan mengontrol perasaan dalam situasi dan kondisi sosial berkaitan dengan kemampuan memahami identitas pribadi, relasi dengan orang lain, dan status dalam lingkungan orang tua juga dituntut untuk memahami fase-fase pertumbuhan anak. Fase pertama, mulai pada usia 0-1 tahun. Anak diusia ini merupakan suatu mahkluk yang tertutup dan egosentris. Ia mempunyai dunia sendiri yang berpusat pada dirinya sendiri. Dalam fase ini, anak mengalami pertumbuhan pada semua bagian tubuhnya. Ia mulai berlatih mengenal dunia sekitarnya dengan berbagai macam gerakan. Anak mulai dapat memegang dan menjangkau benda-benda disekitarnya. Ini berarti bahwa sudah mulai ada hubungan antara dirinya dan dunia luar yang terjadi pada pertengahan tahun pertama ± 6 bulan. Pada akhir fase ini terdapat dua hal yang penting yaitu anak belajar berjalan dan mulai belajar kedua, terjadi pada usia 2-4 tahun ditandai dengan anak semakin tertarik kepada dunia luar terutama dengan berbagai macam permainan dan bahasa. Dunia sekitarnya dipandang dan diberi corak menurut keadaan dan sifat-sifat dirinya. Disinilah mulai timbul kesadaran akan "akunya". Anak berubah menjadi pemberontak dan semua harus tunduk kepada ketiga, terjadi pada usia 5-8 tahun. Pada fase pertama dan kedua, anak masih bersifat sangat subjektif namun pada fase ketiga ini anak mulai dapat melihat sekelilingnya dengan lebih objektif. Semangat bermain berkembang menjadi semangat bekerja. Timbul kesadaran kerja dan rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya. Rasa sosial juga mulai tumbuh. Ini berarti dalam hubungan sosialnya anak sudah dapat tunduk pada ketentuan-ketentuan disekitarnya. Mereka menginginkan ketentuan-ketentuan yang logis dan konkret. Pandangan dan keinginan akan realitas mulai Pentingnya Pendidikan Pada Anak Usia Dini di IndonesiaBAB II PEMBAHASAN1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini PAUDPendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan daya pikir, daya cipta, emosi, spiritual, berbahasa/ komunikasi, sosial. Selain itu, PAUD juga merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih Tujuan Diadakannya PAUD“Penelitian terhadap Pendidikan Anak Usia Dini PAUD menunjukkan bahwa mutu pendidikan dan keberhasilan akademis secara signifikan dipengaruhi oleh kualitas masukan pendidikan yaitu kesiapan mental dan emosional anak memasuki sekolah dasar” Widarso, 2008. Itulah yang mendasari tujuan diadakannya PAUD, yakni untuk memperlancar serta mempermudah anak untuk memasuki awal pendidikan. Sehingga anak menjadi lebih mandiri, disiplin, dan lebih mudah mengembangkan Fungsi dari Pendidikan Anak Usia DiniFungsi PAUD adalah sebagai pondasi yang kuat agar dikemudian hari anak bisa berdiri kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas. Olek karena itu PAUD penting sekali untuk diadakan, sebab pada usia anak-anak merupakan “masa emas” karena pada saat itu perkembangan otak manusia sangat cepat. Sehingga harus ada upaya pendidikan yang memadai pada masa Pendidikan Anak Usia Dini PAUD di IndonesiaRendahnya mutu pendidikan masih disandang oleh bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karena pendidikan anak usia dini di Indonesia jumlahnya masih relatif sedikit. Endah Kuntariyati 2007 mengatakan “Itulah sebabnya pemerintah kini mulai menggalakkan PAUD di beberapa daerah”. Namun peran pemerintah saja tidak cukup, keluargalah yang merupakan sarana utama dan pertama guna melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini karena mengingat batasan PAUD adalah usia anak sejak lahir hingga enam tahun. Widarso 2008 mengatakan “Adapun beberapa peran yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu sebagai pengamat, manajer, teman bermain dan pemimpin”. Selain peran pemerintah dan keluarga, peran masyarakat juga sangat III PENUTUPKesimpulanDunia pendidikan di Indonesia masih terpuruk karena disebabkan oleh kurangnya pendidikan pada anak usia dini. Padahal pendidikan sejak dini sangat dibutuhkan bagi anak sebagai pondasi yang kuat agar dikemudian hari anak bisa berdiri kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas. Karena perkembangan otak anak masih cepat bila dibandingkan dengan perkembangan otak manusia Anak Usia Dini sangat perlu dijalankan di Indonesia demi kemajuan dunia pendidikan Anak Usia Dini dapat dijalankan mulai dari lembaga yang paling dekat dengan anak, yakni keluarga. Sebab keluargalah yang sangat berperan dalam pembentukan pribadi anak sejak kecil. Tentunya tidak hanya keluarga, masyarakat serta lembaga-lembaga pendidikan juga dapat berperan serta dalam mendidik anak sejak kecil. DAFTAR PUSTAKAEndah Kuntariyati. 2007. PAUD Menyongsong Kualitas Anak Masa Depan. Pendidikan Network,Online, P. Pardede. 2007. Pentingnya Mendidik Anak Sejak Usia Dini. Multiply,Online, 2008. Pendidikan Matematika pada Anak Usia Dini. Pendidikan Network,Online,
Seorangpendidik melakukan evaluasi di sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut:[12] 1. Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan agama. 2. Mengetahui prestasi hasil belajar guna menetapkan keputusan.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………………. DAFTAR ISI ………………………………. 1. BAB I a. Pendahuluan ………………………………. b. Latarbelakang Masalah ………………………………. c. Rumusan Masalah ………………………………. d. Tujuan Masalah ………………………………. 2. BAB II a. Pembahasan ………………………………. b. Tujuan Pendidikan ………………………………. c. Pengertian Pendidikan ………………………………. d. Tujuan Pendidikan Agama Islam ………………………………. 3. BAB III a. Penutup ………………………………. b. Kesimpulan ………………………………. c. Saran ………………………………. 4. Daftar Pustaka ………………………………. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan kehidupan manusia, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Segala sesuatu yang terjadi di alam dan yang ada di alam ciptaan Alloh tentu tidak semata diciptakan, tetapi sudah pasti ada tujuan, baik yang tersurat maupun yang tersirat, begitu juga dengan pendidikan yang merupakan kebutuhan primer bagi jalannya kehidupan umat manusia. Alloh SWT pun telah berfirman di dalam Al-Qur’an tentang tujuan pendidikan itu sendiri, sehingga manusia tinggal menjalankan dan merealisasikan apa-yang difirmankan Alloh SWT. Dari kenyataan di atas melalui makalah ini diharapkan dapat terungkap masalah “Bagaimana tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an? masalah tersebut penulis tuangkan kedalam sebuah Tulisan yang berjudul “TUJUAN PENDIDIKAN” B. Rumusan Masalah Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, maka timbul beberapa masalah yang perlu diteliti dan dianalisa sebagai berikut Bagaimana pengertian pendidikan? Bagaimana tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an? C. Tujuan Penulisan Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang diharapkan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengertan pendidikan Untuk mengetahui tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an BAB II TUJUAN PENDIDIKAN A. Pengertian Pendidikan Terdapat sejumlah Istilah “pendidikan” dalam khazanah Pendidikan Islam yang merujuk langsung pada pengertian pendidikan dan pengajaran seperti at-Tarbiyah Pendidikan, at-Ta’lîm Pengajaran, at-Ta’dîb Pendidikan yang bersifat Akhlaq, dan ar-Riyadloh Latihan. Setiap term tesebut mempunyai makna yang berbeda-beda, karena perbedaan teks dan konteks kalimatnya, walaupun dalam hal-hal tertentu, term-term tersebut mempunyai kesamaan makna. Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam 1993 127 Hal yang sama juga dikatakan oleh Maksum, bahwa dalam khazanah pendidikan Islam terdapat sejumlah istilah yang merujuk langsung pada pengertian pendidikan dan pengajaran seperti at-Tarbiyah Pendidikan, at-Tadîb Pendidikan yang bersifat Akhlaq, at-Talîm Pengajaran, at-Tabyîn Penjelasan dan at-Tadrîś Pengajaran. Begitu juga, dalam sumber ajaran Islam, al-Qurân dan Hadîts, banyak ditemukan perintah yang berkaitan dengan belajar dan berpikir. Menurut Aristoteles menyatakan bahwa ان فى الانسان قوّتين فكرية انسانية وشهوانية بهيمية والتربية هى الوسائل التى بها تتغلب الاول على الثانية Artinya Sesungguhnya dalam diri manusia itu ada dua kekuatan yaitu daya berfikir insyaniyah dan daya berfikir syahwaniyah hewan, dan Tarbiyah yaitu pelantara antara yang kesatu Fikr Insyaniyah untuk menundukan fikiran fikiran yang pertama Fikr Syahwatiyah hewan. Ajaran Islam mengajarkan bahwa manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan membawa fitrah kecenderungan untuk menerima kebenaran Islam tetapi orang tua dan lingkugannya yang menjadikan lain dari fitrahnya itu, sebagaimana sabda Rosulullah SAW berikut ini كُلُّ مَوْلُودِ يُوْلَدُ عَلَى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنُـصِّرَانِهِ اَويُمَجِّسَانِهِ Artinya “Setiap anak yang dilahirkan kedunia ini dalam keadaan fitrah, kemudian Ibu Bapaknyalah yang menjadikan ia seorang Yahudi, Nasroni dan Majusi”. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapatlah kita merumuskan bahwa pendidikan adalah Usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam agar terwujud kehidupan manusia yang makmur dan bahagia. Pendidikan dalam suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang mengarahkan kehidupannya, sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga dapat membantu cita-citanya. Moh. Saltut, mendefinisikan pendidikan agama Islam sebagai berikut “Pendidikan Islam adalah mengembangkan, mengajak sera mendorong umat manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik berhubungan dengan akal, peasaan maupun perbuatan.” Pendidikan Islam adalah proses mendekatkan manusia kepada tingkat kesempurnaan, dan mengembangkan kemampuannya. Dengan demikian pendidikan Islam mempunyai prinsip yaitu 1. Pendidikan merupakan suatu proses pembantuan pencapaian tingkat kesempurnaan, yaitu manusia yang mencapai tingkat keimanan dan berilmu yang disertai dengan amal shaleh 5811 2. Sebagai model, maka Rosululloh SAW, sebagai Uswatun Hasanah yang dijamin Alloh SWT. Memiliki akhlak mulia. 3. Pada manusia tedapat potensi yang baik dan buruk oleh karena itu pendidikan ditujukan untuk pembangkit potensi-potensi baik yang ada pada diri anak didik dan mengurangi potensi yang jelek. “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” B. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tiap aktivitas manusia mempunyai tujuan tertentu sebab aktivitas yang tidak mempunyai tujuan adalah sia-sia. Demikian pula Pendidikan dan didasari oleh falsafah Islam yang hakekatnya merupakan pandangan hidup umat islam walaupun secara teoritis dan praktisnya banyak mendapat masukan dan pengaruh teori-teori pendidikan umum. Tujuan umum oendidikan nasional adalah negara tempat pendidikan islam dilaksanakan. Tujuan yang sebenarnya dari pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam pada dasarnya untuk menciptakan insan kamil yang bertaqwa yang bercirikan akhlak yang baik dan mulia. Pengertian lain; Tujuan Pendidikan Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa supaya menjadi seorang muslim yang sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan berakhlak mulia sehingga menjadi salah seorang warga masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Alloh SWT. , negara dan Tanah airnya, bahkan semua umatnya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah pembentukan budi pekerti yang luhur serta akhlak yang mulia. Sebagaimana Firman Alloh SWT. وَاِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ Artinya “Dan sesungguhnya kamu benar-benar budi pekerti yang agung.” Sementara itu Nabi Muhammad bersabda اِنَّمَا بُعِثْتُ لاُِتَمِّـمَ مَكَارِمَ الاَخْلاَقِ Artinya “ Seseungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia.” Dengan demikian tujuan Pendidikan dalam Islam yang optimal adalah mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat sebagaimana do’ a yang kita panjatkan sebagaimana Firman Alloh dalam QS. Al-Baqarah ayat 201-202 Artinya 201. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” 202. Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Pendidikan Islam bertugas menanamkan nilai-nilai Islami dalam pribadi, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengalaman nilai-nilai itu dalam batas konfigurasi identitas wahyu Allah. Hal ini berarti Pendidikan Islam harus mampu secara optimal mendidik anak-anak agar memiliki kedewasaan atu kematangan dalam beriman, bertaqwa dan mengamalkan hasil pendidikannya sehingga menjadi pemikir dan pengamal ajaran Islam yang dialogis terhadap perkembangan zaman. Sebagaimana firman Alloh QS. Al-Baqarah ayat 208-209 Artinya “208. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. 209. Tetapi jika kamu menyimpang dari jalan Allah sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, Maka Ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Pendidikan Islam harus mampu menciptakan manusia muslim yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan taqwa menjadi pengendali dalam penerapan atau pengamalannya dalam masyarakat. Bila mana tidak demikian maka martabat manusia akan membahayakan umat manusia firman Alloh dalam QS. Ali Imran ayat 102 Artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. Oleh karena itu manusia sebagai produk dari hasil kependidikan Islam mampu mencari cara-cara hidup yang membawa kesejahteraan duniawi dan ukhrowi. Ajarana Islam memberikan konsep yang menyeluruh, untuk digunakan sebagai landasan hidup manusia di segala zaman dalam segenap bidang kehidupan. Oleh karena itu manusia melalui proses kependidikan harus mampu mengaktualisasikan dirinya dengan cita-cita ajaran Islam. Penemuan tujuan Pendidikan Islam harus berorientasi pada hakekat Pendidikan Islam yang meliputi beberapa aspek yaitu a. Tujuan dan tugas hidup umat manusia Manusia hidup dengan tugas dan tujuan tertentu. Tujuan dan tugas hidup manusia hanya untuk Allah SWT. Semata. Indikasi tugasnya beribadah dan tugas sebagai kholifah di muka bumi. Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya shalatku, ibadah, hidup dan matiku, hanya untuk Allah SWT. Tuhan sekalian alam. b. Mempertahankan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep bahwa manusia diciptakan sebagai kholifah di muka bumi serta untuk beribadah kepdanya, penciptaan itu dibekali dengan fitroh yang berupa agama Islam sebatas kemampuan dan ukuran yang ada. c. Tujuan masyarakat Tujuan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam masyarakat, maupun mengantisipasi perkembangan dunia modern. d. Dimensi-dimensi kehidupan ideal. Mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahtraan hidup manusia di dunia dan di akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Upaya untuk meningkatkan tujuan pendidikan Agama Islam harus dilaksanakan seoptimal mungkin, walaupun dalam kenyataannya manusia tidak mungkin menemukan kesempurnaan dalam berbagai hal. Manusia diberi keleluasaan untuk meningkatkan tarap hidupnya karena segala sesuatu telah diatur oleh Alloh SWT sebagaimana Firmannya dalam Al-Qur’an QS. Ar-Ra’d ayat 2 Artinya “Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat, Kemudian dia bersemayam di atas Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan makhluk-Nya, menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya, supaya kamu meyakini pertemuan mu dengan Tuhanmu”. Hidup seorang Muslim hendaknya diarahkan atas kerja sama yang sempurna antara kebutuhan jasmani dan rohani. Kedua kebutuhan ini akan tercapai apabila memiliki ilmu pengetahuan yang seimbang dengan pengetahuan agama. Firman Alloh dalam Al-Qur’an QS. Al-Bayinah ayat 7-8 Artinya “7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. 8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” Sabda nabi Muhamad Saw dalam haditsnya. Artinya “Siapa yang menghendaki kebahagiaan dunia maka harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan akhirat maka harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan keduanya maka harus dengan ilmu” Menurut Imam Al-ghojali tujuan umum Pendidikan Agama Islam tercermin dalam dua segi yaitu 1. Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah swt. 2. Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. BAB III KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama islam adalah 1. Terbentuknya insan kamil yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut a. Rasa kekeluargaan dan persamaan diantara sesama makhluk Allah b. Kreatif menumbuhkan gagasan baru yang bermanfaat bagi kemanusiaan. c. Keseimbangan yang menumbuhkan kearifan, kebijakan dalam mengambil keputusan. d.Disiplin kerja, keteraturan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat e. Intelektual yang menumbuhkan daya cipta dan daya imajinasi. 2. Terciptanya insan kaffah yang memiliki dimensi-dimensi religius, budaya dan alamiyah. 3. Penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah Swt, serta sebagai warosatul Ambiya memberi bekal yang menandai dalam upaya melaksanakan fungsi tersebut. Pendidikan Islam bertujuan untuk mengadakan perubahan tingkah laku ke arah yang positif. Perubahan tersebut sesuai dengan pembinaan Pendidikan Agama Islam yaitu 1. Pebinaan jasmani, kesehatan, keterampilan daerah psykomotor 2. Pembinaan akal daerah kognitif 3. Pembinaan hati daerah afektif DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI. 1985. AL Qur’an dan Terjemahnya, Peroyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an, Jakarta. Al-Qur’an Digital. 2004. Version Jakiyah Darajat. 1982. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Kerjasama Departemen Agama RI. Mohammad Rifa’I Drs. 1994. Qur’an Hadits, CV. Wicaksana Semarang
FungsiPendidikan Fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi yang diemban dan harus dilakukan oleh pendidik. Tugas atau misi pendidik itu dapat tertuju pada diri manusia yang dididik mauapun kepada masyarakat bangsa ditempat ia hidup. Adapun beberapa fungsi pendidikan: 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pendidikan kerap diartikan secara longgar dan dapat mencakup berbagai persoalan yang luas. Namun demikian, pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi. Pertama dari sudut pandang masyarakat, dan kedua dari segi pandang individu. Dari segi pendangan masyarakat, pendidikan berarti pewaris kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Dari segi individu pendidikan berarti pegembangan potensi-petensi yang terdalam. Pandangan lainnya adalah pendidikan yang ditinjau dari segi masyarakat dan dari segi individu sekaligus. Dengan kata lain, pendidikan dipandang sebagai sekumpulan pewaris kebudayaan dan pengembang potensi-potensi. Pada pengembangannya pendidikan dipahami orang tidak hanya dari tiga sudut pandang di atas, bahkan melahirkan teori-teori baru yang tentu saja sangat positif bagi kegiatan pengkajian. Namun, tidak hanya sampai di situ, perkembangan ini pula telah melahirkan berbagai keracunan dari pengertian pendidikan itu sendiri. Pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung kontiniu/berkesinambungan, berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai hayatnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa hakekat dari pendidikan Islam? 2. Apa fungsi pendidikan Islam? 3. Apa tujuan pendidikan Islam? BAB II PEMBAHASAN A. Hakekat Pendidikan Islam Kalau istilah pendidikan diartikan sebagai “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”, maka pendidikan itu pada hakekatnya adalah proses pembimbingan, pembelajaran atau pelatihan terhadap anak, generasi muda, manusia agar nantinya bisa berkehidupan dan melaksanakan peranan serta tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara.[1]Menurut pendapat ahli, Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[2] Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas, yang mencakup semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta ketrampilan kepada generasi selanjutnya, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka, agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani maupun rohani.[3] Banyak ahli membahas pengertian pendidikan, tetapi dalam pembahasannya mengalami kesulitan, karena antara satu pengertian dengan pengertian yang lain sering terjadi perbedaan. Menurut Marimba, ia merumuskan pendidikan sebagai bimbingan atau didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[4] Pengertian tersebut sangat sederhana meskipun secara substansi telah mencerminkan pemahaman tentang proses pendidikan, dari pengertian itu pula pendidikan hanya terbatas pada pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik. Dari pengertian-pengertian pendidikan yang diungkapkan oleh para ahli di atas, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama pengertian secara sempit yang mengkhususkan pendidikan hanya untuk anak dan hanya dilakukan oleh lembaga atau instansi khusus dalam kerangka mengantarkan kepada kedewasaan, dan yang kedua pengertian secara luas, yang, mana pendidikan berlaku untuk semua orang dan dapat dilakukan oleh semua orang bahkan lingkungan. Tetapi dari perbedaan tersebut ada kesamaan tujuan yaitu untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi. Untuk memahami apa itu pendidikan Islam maka perlu kita ketahui juga mengenai Islam. Kata Islam menurut pandangan umum yang berlaku, biasanya mempunyai konotasi dengan dan diartikan sebagai agama Allah atau agama yang berasal dari Allah. Agama artinya adalah jalan, agama Allah berarti agama atau ajaran yang bersumber dari dimaksud adalah agama atau jalan hidup yang ditetapkan oleh Allah bagi manusia, untuk menuju dan kembali kepadaNya. Jadi agama Islam adalah jalan hidup yang telah ditetapkan Allah yang harus dilalui manusia, untuk kembali kepada Allah. Sedangkan secara etimologis, kata Islam tersebut memiliki banyak pengertian antara lain 1 berasal dari kata kerja aslama mengandung pengertian “menyerahkan diri, menyelamatkan diri, taat patuh dan tunduk, 2 berasal dari kata salima yang pengertian dasarnya “selamat, sejahtera, sentosa, bersih, dan bebas dari cacat dan cela, 3 juga berasal dari kata dasar salam yang berarti “damai, aman dan tentram.”[5] Walaupun kata Islam mengandung banyak arti, tetapi pada hakekatnya pengetian-pengertian dasar itu mengarah pada terwujudnya satu system kehidupan yang ideal bagi umat muslim.[6] Dalam konteks Islam, istilah pendidikan mengacu kepada makna dan asal kata yang membentuk kata pendidikan itu sendiri dalam hubungannya dengan ajaran Islam. Untuk memahami hakekat pendidikan Islam kita dapat mengkajinya dari istilah-istilah yang umum digunakan oleh para tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu, al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Setiap istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda karena perbedaan teks dan konteks kalimatnya. Walaupun dalam hal tertentu istilah-istilah tersebut juga mempunyai kesamaan makna. Hal tersebut sesuai dengan yang dihasilkan dalam konferensi Dunia tentang Pendidikan IslamWorld Conference in Islamic Education yang diadakan di Mekkah tahun 1977 memberikan rekomendasi tentang pengertian pendidikan menurut ajaran Islam sebagai berikut “the meaning of education in its totality in the context of Islam is inherent in the connotations of the terms tarbiyah, taklim, and ta’dib taken together. What each of these terms conveys concerning man and his society and environment in relation on God is related to the other, and together they represent the scope of education in Islam, both formal and non formal.”[7] Formulasi hakekat pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan begitu saja dari ajaran Islam yang tertuang dalam Al-qur’an dan sunnah, karena kedua sumber ini merupakan pedoman otentik dalam penggalian khazanah keilmuan apa pun. Dengan berpijak pada kedua sumber ini, diharapkan akan diperoleh gambaran yang jelas tentang hakekat pendidikan Islam. Dalam al-qur’an memang tidak ditemukan secara khusus istilah al-tarbiyah, tetapi ada istilah yang senada dengan al-tarbiyah, yaitu ar-rabb, rabbayani, ribbiyun, rabbani. Selain itu, dalam sebuah hadits digunakan istilah rabbani. Semua fonem tersebut mempunyai konotasi makna yang berbeda-beda. Merujuk kamus bahasa arab, akan ditemukan tiga akar kata untuk istilah tarbiyah. Pertama, raba yarbu yang artinya bertambah dan berkembang, kedua, rabiya yarba yang artinya tumbuh dan berkembang, ketiga, rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, mengurusi kepentingan, mengatur, menjaga, dan memperhatikan. Sebagaimana yang ditulis Abdu Rahman bahwa kata tarbiyah memiliki tiga akar kata, إذ رجعنا إلى معاجم اللغة العربية التربية أصولاً لغوية ثلاثة الأصل الأول ربا يربو بمعنى زاد ونما, وفي هذا المعنى نزل قوله تعالى !$tBur OçF÷s?uä `ÏiB $\/Íh uqç/÷ŽzÏj9 þ’Îû ÉAºuqøBr& Ĩ$¨Z9$ Ÿxsù qç/ötƒ y‰YÏã !$ الروم39. الأصول الثاني ربيَ يربى على وزن خفي يخفى, ومعناها نشأ وترعرع. وعليه قول ابن الأعرابي فمن يكُ سائلا عنى فإني بمكة منزلي وبها ربيتُ الأصل الثالث ربَّ يرب مدّ يمدّ بمعنى أصلحه, وتولى أموره, وساسه وقام عليه ورعاه, من هذا المعنى قول حسان بن ثابت كما أورده ابن منظور في لسان العرب ولأنت أحسن إذ برزت لنا يوم الخروج بساحة القصر. من درة بيضاء صافية مما تربّب حائر البحر وقال يعنى الدرة التي يربيها في الصدف, وبين بأن معنى تربب حائر البحر أي مما ترببة أي رباه مجتمع الماء في البحر. قال ورببت الأمر أربّه ربّاً ورباباً أصلحته ومتّنته. وقد اشتق بعض الباحثين من هذه الأصول اللغوية تعريفاً للتربية,قال الإمام البيضاويالمتوفى 685 هفي تفسيره أنوار التنزيل وأسرار التأويل الرب في الأصل بمعنى التربية وهي تبليغ الشيء إلى كماله شيئاً فشيئاً, ثمّ وصف به تعالى للمبالغة. وفى كتاب مفردات الراغب الأصفهانى المتوفى 502 ه الرب في الأصل التربية وهو إنشاء الشيء حالاً فحالاً إلى حد التمام. وقد استنبط الأستاذ عبد الرحمن الباني من هذه الأصول اللغوية أن التربية تتكون من عناصر أولها المحافظة على فطرة الناشئ ورعايتها. ثانيها تنمية مواهبه واستعداداته كلها, وهي كثيرة متنوعة. ثالثها توجيه هذه الفطرة وهذه المواهب كلها نحو صلاحها و كمالها اللائق بها. رابعها التدريج في هذه العملية, وهو ما يشير إليه البيضاوي بقوله.......شيئاً فشيئا والراغب بقولهحالاً فحالاً...... ثم يستخلص من هذا نتائج أساسية في فهم التربية. أولاها أن التربية عملية هادفة, لها أغراضها وأهدافها وغايتها. النتيجة الثانية أن المربي الحق على الإطلاق هو الله الخالق خالق الفطرة وواهب المواهب, وهو الذي سنّ سنناً لنموها وتفاعليها, كما أنه شرع شرعاً لتحقيق كمالها وصلاحها وسعادتها. النتيجة الثالثة أن التربية تقتضي خططاً متدرجة تسير فيها الأعمال التربوية و التعليمية وفق ترتيب منظم صاعد, ينتقل مع الناشئ من طور إلى طور ومن مرحلة إلى مرحلة. الرابعة أن عمل المربي وتابعّ لخلق الله وإيجاده, كما أنه تابع لشرع الله ودينه. وهذا التحليل لمعنى التربية ونتائجها يؤدّي بنا إلى معنى الشرع و الدين. لأن التربية تستمد جذورها منه, فطبيعة النفس الإنسانية طبيعة متدينة و الإنسان في الحقيقة حيوان متديّن كما سنوضح ذلك عند بحث خصائص التربية الإسلامية.[8] Apabila al-tarbiyah diidentikkan dengan ar-rabb, para ahli memberikan pengertian yang beragam. Ibnu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi memberikan arti ar-rabb dengan Pemilik, Tuan, Yang Maha Memperbaiki, yang Maha Pengatur, Yang Maha Menambahkan dan Yang Maha Menunaikan. Pengertian ini merupakan interpretasi dari kata ar-rabb dalam surah Al-fatihah dan yang merupakan nama dari nama-nama Allah dalam Asmaul Husna. Selanjutnya Fahrurrazi berpendapat bahwa ar-rabb merupakan fonem yang seakar dengan al-tarbiyah yang mempunyai makna al-tanmiyah pertumbuhan dan perkembangan. Menurutnya, kata rabbayani tidak hanya mencakup pengajaran yang bersifat ucapan, tetapi juga meliputi pengajaran sikap dan tingkah laku. Sementara Sayyid Quttub menafsirkan kata rabbayani sebagai pemeliharaan anak serta menumbuhkan kematangan sikap mentalnya. Apabila istilah al-tarbiyah diidentikkan dengan bentuk madi-nya rabbayani sebagaimana yang tertera dalam ZŽÉó¹’ÎT$u‹­/u$ ayat 24 dan bentuk mudari’-nya nurabbi dalam ayat 18óOs9r&y7În/tçR$uZŠÏùY‰‹Ï9ur, al-tarbiyah mempunyai arti mengasuh, menanggung, memberi makan, memproduksi, dan menjinakkan. Hanya saja dalam konteks kalimat dalam surah al-Isra’ lebih luas, mencakup aspek jasmani-ruhani, sedang dalam QS al-Syu’ara hanya mencakup aspek jasmani. Selanjutnya, istilah rabbaniyyin disebutkan dalam al-qur’an dalam QS. Ali Imran 79, "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”[9] Dengan mencermati ayat di atas, bisa dipahami bahwa arti al-tarbiyah sebagai padanan dari rabbani adalah proses transformasi ilmu pengetahuan. Proses rabbani bermula dari proses pengenalan, hapalan, dan ingatan yang belum menjangkau proses pemahaman dan penalaran.[10] Ahli pendidikan Islam, Al-Baidhawi, menyatakan bahwa tarbiyah bermakna”menyampaikan sesuatu hingga mencapai kesempurnaan” secara bertahap. Sementara Naquib al-Attas menjelaskan, bahwa tarbiyah mengandung pengertian mendidik, memelihara, menjaga, dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang, dan tumbuhan. Kosakata Rabb dijadikan salah satu rujukan dalam menyusun konsep pendidikan Islam oleh para ahli didik. Selain konsep tarbiyah, sering pula digunakan konsep ta’lim untuk pendidikan Islam. Secara terminology, ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam kaitan ini, ta’lim cenderung dipahami sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas anak didik. Kecenderungan semacam ini, pada batas-batas tertentu telah menimbulkan keberatan pakar pendidikan untuk memasukkan ta’lim ke dalam pengertian pendidikan. Menurut mereka, ta’lim hanya merupakan salah satu sisi pendidikan.[11] Kemudian landasan pemikiran berikutnya dalam pendidikan Islam dapat dirujuk dari kata ta’dib. Menurut pemahaman Naquib al-Attas, ta’dib mengundang pengertian mendidik dan juga sudah merangkum pengertian tarbiyah dan ta’lim, yaitu pendidikan bagi manusia. Di samping itu, pengertian tersebut mempunyai hubungan erat dengan kondisi pendidikan ilmu dalam Islam. Sesungguhnya, bila dicermati pemaknaan dari masing-masing istilah, baik al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib, semuanya merujuk kepada yang ditenggarai sebagai kata bentukan dari kata rabb atau rabba mengacu kepada Allah sebagai Rabb al-alamin. Sementara ta’lim yang berasal dari kata allama, juga merujuk kepada Allah sebagai Dzat Yang Maha Alim. Selanjutnya, kata ta’dib seperti termuat pada sabda Rasulullah SAW “Adabbani Rabbi faahsana ta’dibi”, menjelaskan bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah. Rasul sendiri menegaskan bahwa beliau dididik oleh Allah sehingga karenanya Rasulullah SAW, merupakan pendidik utama yang harus dijadikan teladan.[12] Berdasarkan atas pengertian al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib di atas, para ahli pendidikan Islam juga mencoba memformulasikan hakekat pendidikan Islam, dan seperti pemaknaan istilah pendidikan, formulasi hakekat pendidikan Islam ini juga berbeda satu sama lain. Inilah beberapa di antara formulasi tersebut[13] - Muhammad Fadlil al-Jamaly memberikan arti pendidikan Islam dengan upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan. - Omar Mohammad al-Toumy al-Syaebany mendifinisikan pendidikan islam sebagai usaha mengubah tingkah laku dalam kehidupan, baik individu atau masyarakat serta berinteraksi dengan alam sekitar melalui proses kependidikan berlandasakan nilai Islam. - Muhammad Munir Mursyi mengatakan bahwa pendidikan islam adalah pendidikan fitrah manusia. Disebabkan Islam adalah fitrah maka segala perintah, larangan, dan kepatuhannya dapat mengantarkan mengetahui fitrah ini. Sedangkan dalam kitab usulu at-tarbiyah al-islamiyah wa asalibiha disebutkan bahwa pendidikan Islam adalah التربية الإسلامية هى التنظيم النفسي و الاجتماعي الذى يؤدي إلى اعتناق الإسلام و تطبيقه كلياً في حياة الفرد و الجماعة فالتربية الاسلامية ضرورة حتمية لتحقيق الاسلام كما أراده الله أن يتحقق, وهي بهذا المعنى تهيئة النفس الانسانية لتحمّل هذه الأمانة, وهذا يعني بالضرورة أن تكون مصادر الإسلام هي نفسها مصادر التربية الاسلامية, وأهمها القرآن والسنّة .[14] Maka, dapat ditarik kesimpulan pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia, baik individu, maupun social untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar, maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spiritual berlandasan nilai Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. B. Fungsi Pendidikan Islam Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri. Aspek pertama dari pendidikan Islam adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan kepribadian. Artinya bahwa melalui pendidikan agama Islam ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya Allah swt. Aspek kedua dari pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan kepada aspek pikiran intelektualitas, yaitu pengajaran Agama Islam itu sendiri. Artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah swt, beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi, makna yang dikandung oleh setiap firman-Nya ajaran-ajaran-Nya tidak dimengerti dan dipahami secara benar. Di sini anak didik tidak hanya sekedar diinformasikan tentang perintah dan larangan, akan tetapi justru pada pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana beserta argumentasinya yang dapat diyakini dan diterima oleh akal. Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan tertinggi pendidikan islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan tetapi hendaklah mengacu kepada konseptualisasi manusia paripuma insan kamil yang strateginya telah tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan islam. Fungsi pendidikan Agama Islam di sini dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Agama Islam adalah 1. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah swt, pencipta semesta alam beserta seluruh isinya; biasanya dimulai dengan menuntunnya mengucapkan la ilaha illallah. 2. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang hukum halal dan haram. 3. Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut hablumminallah maupun ibadah yang menyangkut hablumminannas. 4. Mendidik anak didik agar mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta membaca al-Qur’an. 5. Mendidik anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya. Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk Pertama, Alat untuk memperluas, memelihara, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional; Kedua, Alat untuk mengadakan perubahan inovasi dan perkembangan. Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan islam secara mikro adalah proses penanaman nilai nilai ilahiah pada diri anak didik, sehingga mereka mampu mengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin sesuai dengan prinsip-prinsip religius. Secara makro pendidikan islam berfungsi sebagai sarana pewarisan budaya dan identitas suatu komunitas yang didalamnya manusia melakukan interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Secara umum fungsi pendidikan islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.[15] Bila dilihat dati operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dua bentuk 1. Alat untuk memperluas, memelihara, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional. 2. Alat untuk mengadakan perubahan inovasi dan perkembangan. Fungsi pendidikan Islam, dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 151 !$yJx. $uZù=y™ör& öNà6‹Ïù Zwqß™u öNà6ZÏiB qè=÷Gtƒ öNä3ø‹n=tæ $oYÏG»tƒuä ãNà6ßJÏk=yèãƒur =»tGÅ3ø9$ spyJò6Ïtø$ur Nä3ßJÏk=yèãƒur $¨B öNs9 qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ Artinya “Sebagaimana kami telah mengutus kepada kamu sekalian seorang rasul diantara kau yang membacakan ayat-ayat kami kepadamu, menyucikan mu, mengajarkan al-Kitab, dan al-hikmah, dan mengajarkan kepadamu yang belum kamu ketahui"QS. Al-Baqarah 151. Dari ayat di atas ada lima 5 fungsi pendidikan yang dibawa Nabi Muhammad, yang dijelaskan dalam tafsir al-Manar karangan Muhammad Abduh[16] a. Membacakan ayat-ayat kami, ayat-ayat Allah ialah membacakan ayat-ayat dengan tidak tertulis dalam al-Quran al-Kauniyah, ayat-ayat tersebut tidak lain adalah alam semesta. Dan isinya termasuk diri manusia sendiri sebagai mikro kosmos. Dengan kemampuan membaca ayat-ayat Allah wawasan seseorang semakin luas dan mendalam, sehingga sampai pada kesadaran diri terhadap wujud zat Yang Maha Pencipta yaitu Allah. b. Menyucikan diri merupakan efek langsung dari pembacaan ayat-ayat Allah setelah mengkaji gejala-gejalanya serta menangkap hukum-hukumnya. Yang dimaksud dengan penyucian diri menjauhkan diri dari syirik menyekutukan Allah dan memelihara akhlaq al-karimah. Dengan sikap dan perilaku demikian fitrah kemanusiaan manusia akan terpelihara. c. Yang dimaksud mengajarkan al-kitab ialah al-Quran al-karim yang secara eksplisit berisi tuntunan hidup. Bagaimana manusia berhubungan dengan tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. d. Hikmah, menurut Abduh adalah hadits, akan tetapi kata al-hikmah diartikan lebih luas yaitu kebijaksanaan, maka yang dimaksud ialah kebijaksanaan hidup berdasarkan nilai-nilai yang datang dari Allah dan rasul-Nya. Walaupun manusia sudah memiliki kesadaran akan perlunya nilai-nilai hidup, namun tanpa pedoman yang mutlak dari Allah, nilai-nilai tersebut akan nisbi. Oleh karena itu, menurut Islam nilai-nilai kemanusiaan harus disadarkan pada nilai-nilai Ilahi al-Quran dan sunnah Rasulullah. e. Mengajarkan ilmu pengetahuan, banyak ilmu pengetahuan yang belum terungkap, itulah sebabnya Nabi Muhammad mengajarkan pada umatnya ilmu pengetahuan yang belum diketahui oleh umat sebelumnya. Karena tugas utamanya adalah membangun akhlak al-Karimah.[17] Dengan mengembalikan kajian antropologi dan sosiologi ke dalam perspektif al-Quran dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Islam adalah Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenal jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi, sehingga tumbuh kemampuan membaca analisis fenomena alam dan kehidupan serta memahami hukum-hukum yang terkandung didalamnya. Dengan himbauan ini akan menumbuhkan kreativitas sebagai implementasi identifikasi diri pada Tuhan "pencipta". Membebaskan manusia dari segala analisis yang dapat merendahkan martabat manusia fitrah manusia, baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Mengembalikan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik individu maupun sosial.[18] C. Tujuan Pendidikan Islam Setiap langkah manusia tentunya disertai dengan tujuan, bagitu pula halnya dengan dunia pendidikan, karena tujuan pendidikan sangat penting dalam menentukan arah yang hendak dicapai atau ditempuh dalam masyarakat tertentu. Sebab tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, proses pendidikan menjadi acak-acakan, tanpa arah atau salah langkah. Berkaitan dengan hal tersebut maka pendidikan Islam harus menyadari betul apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam proses pendidikan. Pendidikan dalam arti islam adalah sesuatu yang khusus hanya untuk manusia”, demikian menurut Syed Muhammad al-Naquib al-Attas. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa pendidikan Islam secara filosofis seyogianya memiliki konsepsi yang jelas dan tegas mengenai manusia. Kalau pendidikan dalam islam hanya untuk manusia, manusia yang bagaimana yang dikehendaki pendidikan islam? Marimba menyebutkan bahwa manusia yang dikehendaki oleh pendidikan islam adalah manusia yang berkepribadian muslim. Dilihat dari segi kebahasaan kata tujuan berakar dari kata dasar tuju yang berarti arah atau jurusan. Maka, tujuan berarti maksud atau sasaran atau dapat juga berarti sesuatu yang hendak dicapai. Sementara pengertian tujuan secara istilah adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha.[19] Pengertian tujuan pendidikan secara lebih luas dikemukakan oleh Al-Syaibany, menurut beliau yang dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah perubahan yang diinginkan yang diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan pada kehidupan pribadinya, atau pada kehidupan masyarakat dan alam sekitar tempat individu itu hidup, atau pada proses pendidikan dan pengajaran, sebagai suatu kreativitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.[20] Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan tujuan pendidikan ialah hasil akhir yang diinginkan atau yang ingin dicapai melalui proses pendidikan. Abuddin Nata 1997 berpendapat, sebagai sesuatu kegiatan yang terencana, pendidikan islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai. Menurutnya perumusan dan penetapan tujuan pendidikan islam harus memenuhi kriteria berikut a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai kehendak Tuhan. b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan di muka bumi dilakukan dalam rangka pengabdian/beribadah kepada Allah. c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia sehingga tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya. d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmani guna pemilikan pengetahuan, akhlak dan keretampilan yang dapat digunakan mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya. e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.[21] Tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang amat penting. Ada empat fungsi tujuan pendidikan menurut rumusan Ahmad D. Marimba, yaitu 1. Tujuan berfungsi mengakhiri usaha, 2. Tujuan berfungsi mengarahkan usaha, 3. Tujuan berfungsi sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama, 4. Tujuan memberi nilai pada sifat pada usaha itu.[22] Zuhairini, dkk 1995 berpendapat bahwa tujuan adalah dunia cinta yakni suasana ideal yang ingin diwujudkan. Hasan Langulung 1989 memberi pentahapan tujuan pendidikan islam menjadi tiga tingkat 1. Tujuan tertinggi, tujuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan mengalami perubahan baik dalam dimensi ruang waktu yang berbeda-beda. 2. Tujuan umum, lebih menekankan pada pendekatan empirik. 3. Tujuan khusus, tujuan ini adalah perubahan yang diharapkan dari tujuan-tujuan umum secara lebih spesifik lagi. Dalam konteks tujuan pendidikan Islam, menurut Hasan Langgulung, bahwa tujuan pendidikan islam harus mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, antara lain 1. Fungsi spiritual, yaitu berkaitan dengan akidah dan iman. 2. Fungsi psikologis, yaitu berkaitan dengan tingkah laku individu termasuk nilai-nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih sempurna. 3. Fungsi social, yaitu berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat, yang mana masing-masing mempunyai hak untuk menyusun masyarakat yang harmonis dan seimbang.[23] Al-Syaibani memberikan rumusan tentang prinsip-prinsip yang harus dijadikan dasar dalam konseptualisasi tujuan Islam. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah menyeluruh, keseimbangan, kejelasan, tidak ada pertentangan, relistis, dan dapat dilaksanakan, perubahan pada arah yang dapat dikehendaki, menjaga perbedaan-perbedaan perseorangan dan dinamis serta menerima perubahan. Dari prinsip-prinsip tersebut maka dapat dirumuskan tujuan pendidikan yang lebih fungsional sesuai dengan kondisi social dan non social yang melingkupi proses pendidikan.[24] Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani 1979 juga merumuskan tujuan pendidikan islam sejalan dengan misi islam itu sendiri, yaitu “mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlakul karimah”. Sementara Jalaluddin dan Usman Said menyimpulkan tujuan pendidikan islam telah terangkum dalam kandungan surat al-Baqarah 2 ayat 201 رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ ٢٠١ "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat ". Menurut Mohammad Athiyah al-Abrosyi 1980 tujuan pendidikan islam adalah “Membantu pembentukan akhlak yang mulia, mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, menumbuhkan ruh ilmiah scientific spirit pada pelajaran dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui curiosity dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekadar sebagai ulmu, menyiapkan pelajaran agar dapat menguasai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu agar dapat mencari rezeki, hidup mulia dengan tetap memelihara kerihanian dan keagamaan, serta mempersiapkan kemampuan mencari dan mendayagunaan rezeki.[25] Untuk mengetahui tujuan pendidikan harus berdasar atas tinjauan filosofis. Menurut Imam Barnadib tujuan pendidikan secara umum dijelaskan seperti berikut[26] 1. Jika pendidikan bersifat progresif, tujuannya harus diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman. Dalam hal ini pendidikan bukan sekedar menyampaikan pengetahuan kepada anak didik, melainkan pula melatih kemampuan berfikir dengan memberikan stimulun, sehingga mampu berbuat sesuai dengan intelegensi dan tuntutan lingkungan. Aliran ini dikenal dengan aliran progresivisme. 2. Jika yang dikehendaki pendidikan adalah nilai yang tinggi, pendidikan pembawa nilai yang ada di luar jiwa anak didik, sehingga ia perlu dilatih agar mempunyai kemampuan yang tinggi. Aliran ini dikenal dengan esensialisme. 3. Jika tujuan pendidikan yang dikehendaki agar kembali kepada konsep jiwa sebagai tuntutan manusia, prinsip utamanya ia sebagai dasar pegangan intelektual manusia yang menjadi sarana untuk menemukan evidensi sendiri. aliran ini dikenal dengan perenialisme. 4. Menghendaki agar anak didik dibangkitkan kemampuannya secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan masyarakat karena adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan penyesuaian ini, anak didik tetap berada dalam suasana aman dan bebas yang dikenal dengan aliran rekonstruksionisme. Tujuan tersebut di atas berangkat dan terkait dengan definisi pendidikan sesuai dengan alirannya masing-masing. Demikian juga dengan tujuan pendidikan Islam. Jika berangkat dari definisinya, tujuannya adalah terbentuknya kepribadian yang utama berdasarkan pada nilai-nilai dan ukuran ajaran Islam dan dinilai bahwa setiap upaya yang menuju kepada proses pencarian ilmu dikategorikan sebagai upaya perjuangan di jalan Allah. Charles Hummel mengemukakan, bahwa dalam menentukan tujuan pendidikan ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan. Pertama autonomy, yaitu memberi kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan secara maksimum kepada individu meupun kelompok untuk hidup mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik. Kedua, equity, berarti bahwa tujuan pendidikan tersebut harus memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untu dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi, dengan memberikannya pendidikan sebagai bekal hidup. Ketiga survival, yaitu dengan pendidikan akan menjamin pewarisan budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya.[27] Proses pendidikan terkait dengan kebutuhan dan tabiat menusia tidak terlepas dari tiga unsur, yaitu jasad, ruh, dan akal. Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam secara umum harus dibangun berdasarkan tiga komponen tersebut, yang masing-masing harus dijaga keseimbangannya. Maka dari sini, tujuan pendidikan Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga; 1. Pendidikan jasmani Keberadaan manusia telah diprediksikan sebagai khalifah yang akan berinteraksi dengan lingkungannya, maka keunggulan fisik memberikan indikasi kualifikasi yang harus diperhitungkan, yaitu kegagahan dan keperkasaan seorang raja. Hal ini sebagaiman yang ditegaskan dalam Al-Qur’an, Nabi mereka berkata "Sesungguhnya Allah Telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. QS. Al-Baqarah 247. Fisik memang buka tujuan utama. Akan tetapi ia sangat berpengaruh. Ia berpengaruh dan memegang peran penting, sampai-sampai kecintaan Allah terhadap orang mukmin lebih diprioritaskan untuk orang yang mempunyai keimanan yang kuat dan fisik yang kuat dibandingkan dengan orang yang mempunyai keimanan yang kuat, tetapi fisiknya lemah. Rasulullah bersabda, “orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah.”. Pendidikan jasmani merupakan usaha untuk menumbuhkan, menguatkan, dan memelihara jasmani dengan baik. Dengan demikian, jasmani mampu melaksanakan berbagai kegiatan dan beban tanggung-jawab yang dihadapinya dalam kehidupan individu dan social. 2. Pendidikan akal Pendidikan akal adalah peningkatan pemikiran akal dan latihan secara teratur untuk berfikir benar. Pendidikan intelektual akan mampu memperbaiki pemikiran tentang ragam pengaruh dan realitas secara tepat dan benar. Hal ini akan menghasilkan keputusan atas segala sesuatu yang dipikirkan menjadi tepat dan benar. Beberapa cara untuk mencapai keberhasilan pendidikan intelektual, yaitu melatih perasaan peserta didik untuk meningkatkan kecermatannya, melatih peserta didik untuk mengamati sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat, melatih daya intuisi sebagai sarana penting bagi daya cipta, dan membiasakan anak didik berfikir sistematis dan menanamkan kecintaan berfikir sistematis. Dengan demikian tujuan pendidikan akal terikat perhatiannya dengan perkembangan intelegensi yang mengarahkan manusia sebagai individu untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya yang mampu memberikan pencerahan diri. 3. Pendidikan akhlak Akhlak mempunyai kedudukan sangat penting dalam ajaran Islam, untuk mencapai keridhaan Allah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, dijelaskan tentang sendi-sendi agama yang bertumpu pada tiga komponen, yaitu iman, Islam, ihsan. Ketiganya merupakan system yang dalam praktik tidak dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi merupakan totalitas untuk mewujudkan akhlaq al-karimah dalam setiap perilaku manusia dalam setiap aspek kehidupan. Pembentukan akhlak mulia merupakan tujuan utama yang harus disuritauladankan oleh guru pada anak didik. Tujuan utama dari pendidikan islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang bermoral, jiwa bersih, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui kewajiban dan melaksanakannya, menghormati hak-hak manusia, dapat membedakan buruk dan baik, memilih fadhilah karena cinta fadhilah, menghindari perbuatan tercela dan mengingat Tuhan di setiap melakukan pekerjaan. Pendidikan akhlak bertujuan untuk membina kualitas manusia prima dengan ciri-ciri, antara lain a. beriman dan bertakwa kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan, b. berakal sehat atau mempunyai kemampuan akademik, yaitu mampu mengembangkan kecerdasannya dengan mencintai ilmu terutama yang sesuai dengan bakatnya, c. mempunyai kematangan kepribadian, berbudi luhur, jujur, amanah, barani, qanaah, sabar, bertanggung jawab dan percaya diri, d. mempunyai ketrampilan belajar, bekerja dan beramal saleh, disiplin kreatif dan inovatif.[28] Sementara itu, Mahmud al-Sayyid Sultan dalam Mafahim Tarbawiyah fi al-Islam menjelaskan bahwa tujuan pendidikan dalam islam haruslah memenuhi beberapa karakteristik, seperti kejelasan, keumuman, universal, integral, rasional, aktual, ideal, dan mencakup jangkauan untuk masa yang panjang. Dengan karakteristik ini, tujuan pendidikan islam harus mencakup aspek kognitif fikriyah ma’rafiyyah, afektif khuluqiyyah, psikomotor jihadiyyah, spiritual ruhiyyah, dan sosial kemasyarakatan ijtima’iyyah. Laporan hasil World Conference on Muslim Education yang pertama di Makkah 31 Maret-8 April 1977 menyebutkan “Education should aim at balanced growth of the total personality of man through the training of mans spirit, intellect, the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects; spiritual, intellectual, and collectively and motivate all these aspects towards goodness and the attainment of perpection. The ultimate aim of Muslim education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.” Dari kutipan di atas tampak bahwa pendidikan islam memiliki dua tujuan, yaitu tujuan antara dan tujuan akhir. Kedua tujuan ini disebut oleh Abdul Rahman Salih Abdullah dengan istilah objectives dan aims atau dalam terma Arabnya ahdaf dan ghayah.[29] Sedangkan menurut Muhammad bin Salim bin Ali Jabir bahwa tujuan pendidikan Islam itu ada empat tingkat والأهداف التربوية الإسلامية تدور حول أربعة مستويات الأول الأهداف التي تدور على مستوى العبودية لله - سبحانه وتعالى - أو إخلاص العبودية لله. الثاني الأهداف التي تدور على مستوى الفرد؛ لإنشاء شخصية إسلامية ذات مثل أعلى يتصل بالله تعالى. الثالث الأهداف التي تدور حول بناء المجتمع الإسلامي، أو بناء الأمة المؤمنة. الرابع الأهداف التي تدور حول تحقيق المنافع الدينية والدنيوية.[30] Sedangkan menurut Athbiya’ al-Abrasy tujuan pendidikan Islam ada lima, yaitu 1. Membantu pembentukan akhlak yang mulia 2. Mempersiapkan untuk kehidupan dunia dan akhirat 3. Membentuk pribadi utuh, sehat jasmani dan rohani. 4. Menumbuhkan ruh ilmiah, sehingga memungkinkan murid mengkaji ilmu semata untuk ilmu itu sendiri. 5. Menyiapkan murid agar mempunyai profesi tertentu sehingga dapat melaksanakan tugas dunia dengan baik atau singkatnya persiapan untuk mencari rizki[31] Pendapat lain mengatakan bahwa tujuan umum dari pendidikan Islam adalah الأهداف الروحي و الخلقي تهيئة الفرص المناسبة للطفل في هذه المرحلة لينمو روحيا وخلقيا متفهما مبادئ دينه الحنيف حتى تتكون لدية العقائد و الاتجاهات الدينية النمو العقلي تزويد الطفل بأنواع المعرفة الضرورية وبطريقة مبسطة حتى ينتهي منها وهو على معرفة بالقراءة و الكتابة و التعبير متمكنا من العمليات الأساسية فلي الحساب قادرا على استخدامها في حياته العادية النمو الجسمي أن يلتزم الطفل بالقواعد الصحية العامة و يتبعا عن اقتناع بأهميتها لسلامة جسمه وبذلك نصل إلى غرس العادات الصحية الأساسية. النمو النفسي أن ينموا الطفل على درجة طيبة من الصحة النفسية الخالية من المرض النفسي متمشيا مع القدرة على الإحساس و الجمال و التذوق الفني. النمو الاجتماعي مساعدة الطفل على النمو في مجتمع ارتضى النظام الديمقراطي وغرس عادات السلوك الاجتماعي عن طريق المواد الأساسية و النشاطات المختلفة . القومي تربية الطفل على الاعتزاز بوطنه وأمته العربية وذلك عن طريق تعريفة للمظاهر الطبيعة و الاجتماعية لوطنه الكويت و تاريخ الأمة العربية الإسلامية.[32] Dari berbagai tujuan pendidikan Islam di atas menggambarkan berapa luasnya ruang lingkup dan sasaran yang harus dicapai pendidikan islam. Namun demikian, patokan yang kita pegangi bahwa pada hakekatnya tujuan pendidikan Islam sama dengan tujuan kehidupan umat manusia khususnya umat Islam, yang pada intinya untuk memperoleh kesejahteraan hidup harus di dunia dan akhirat. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dalam rangka melaksanakan tugas sebagai pewaris para nabi waratsatul Anbiya’, para pendidik hendaklah bertolak pada amar ma’ruf dan nahi munkar dalam artian menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat penyebaran misi iman, Islam dan ihsan, dan kekuatan rohani pokok yang dikembangkan oleh pendidikan adalah individualitas, sosialitas dan moralitas nilai-nilai agama dan moral. 2. Fungsi Pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. 3. Tujuan pendidikan Islam adalah melahirkan manusia paripurna, terbaik, insan kamil atau manusia yang bertaqwa yaitu sosok manusia yang memahami peran dan fungsinya dalam kehidupan, serta manyandarkan semuanya pada ajaran dan hukum Allah SWT dan Rasulullah SAW. B. Saran Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari tentunya makalah ini tak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu kesalah tulisan atau kesalahan materi, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca dan dosen pengampu senantiasa kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta Pustaka Pelajar Abduh, M. Tafsir al-Manar, Juz III. Beirut Darul Ma'arif, As Said, Muhammad. 2011. Filsafat Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta Mitra Pustaka Daradjat, Zakiah. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Bumi Aksara. Haitami, Moh. Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta Ar-Ruzz Media Hummel, Charles. 1977. Education Today for the World of Tomorrow, paris unisco Langgulung. 1998. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta Pustaka Husna Muchsin, Bashori, dkk. 2010. Pendidikan Islam Humanistik. Bandung Refika Aditama. Marimba, Ahmad. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung Al-Ma’arif Salih Abdullah, Abdul Rahman. Education Theory A Qur’anic Outlook, Makkah al-Mukarramah Umm al-Qura University, Suharto, Toto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta Ar-Ruzz Media. Syar’I, Ahmad. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Pustaka Firdaus. Tim dosen Sunan Ampel-Malang. 1996. Dasar-dasar Kependidikan Islam. Surabaya Karya Abditama Usman. 2010. Filsafat Pendidikan Kajian Filosofis Pendidikan Nahdlatul Wathan. Teras Yogyakarta Teras. عبد الرحمن أصول التربية الإسلامية. دمشق دار الفكر. سعيد إسماعيل أصول التربية الإسلامية. القاهرة دار السلام. عبد الوهاب عبد السلام طويلة. 2003 .التربية الإسلامية وفن التدريس. القاهرة دار السلام. ماجد زكي الجلاد. 2004 . تدريس التربية الإسلامية. عمان دار المسيرة. [1] Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Bumi Aksara. 2004 [2]Moh. Haitami, Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta Ar-Ruzz Media, hlm 28 [3] Pendidikan Islam. Jakarta Pustaka Husna, 1998 [4] Ahmad Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung Al-Ma’arif, 1989 [5]Tim dosen Sunan Kependidikan Islam. Surabaya Karya Abditama, 1996. Hlm 7 [7]Ibid, Tim dosen Sunan Ampel-Malang. Hlm 13 [8] عبد تارحمن النحلوى. أصول التربية الإسلامية . دمشق دار الفكر, 1996 [10]Moh. Haitami, Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta Ar-Ruzz Media, hlm 31 [11]Tim dosen Sunan Kependidikan Islam. Surabaya Karya Abditama, 1996. Hlm 15 [12]Ibid, Tim dosen Sunan Ampel-Malang. Hlm 16 [13]Moh. Haitami, Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta Ar-Ruzz Media, hlm 32 [14] Abdurahman alnahlawi. Usulu Tarbiyah Al-Islamiyah wa Asalibiha. Bairut Darul Fikr. 21 [15]. Dr. Usman, Filsafat Pendidikan Kajian Filosofis Pendidikan Nahdlatul Wathan. 2010. Teras Yogyakarta, hlm. 115. [16]. M. Abduh, Tafsir al-Manar, Juz III. Beirut Darul Ma'arif, hlm. 29 [18]. Ahmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 36-37 [19]Moh. Haitami, Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta Ar-Ruzz Media, hlm 113 [20]Ibid, Moh. Haitami, Syamsul Kurniawan. hlm 114 [21]. H. Ahmad Syar’i Filsafat Pendidikan Islam. 2005. Firdaus Jakarta, hlm. 24-25 [22]Ibid. Moh. Haitami, Syamsul Kurniawan. hlm 115 [23] Hasan Langgulung. Beberapa pemikiran tentang Pendidikan Al-Ma’arif. 1980 [24] Ahmad Syar’i. filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Pustaka Firdaus. 2005. Hlm 24 [25]. H. Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, 2005, Firdaus Jakarta, hlm. 28-29 [26]Moh. Haitami, Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta Ar-Ruzz Media, hlm 116 [27]. Charles Hummel, Education Today for the World of Tomorrow, 1977, paris unisco. Hlm. 39 [28]Moh. Haitami, Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta Ar-Ruzz Media, hlm 117-120 [29]. Abdul Rahman Salih Abdullah, Education Theory A Qur’anic Outlook, Makkah al-Mukarramah Umm al-Qura University, hlm. 114 [31]Bashori Muchsin, dkk. Pendidikan Islam Humanistik. Bandung Refika Aditama. 2010. Hlm 11

Untukmemahami Komponen, Fungsi dan Tujuan Pendidikan 1.4 Manfaat Penulisan 1. Menambah Ilmu pengetahuan tentang dasar - dasar pendidikan bagi penulis dan pembaca. 2. Menambah kreativitas penulis dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar 3. Menambah Literatur perpustakaan 1.5 Ruang Lingkup
A. LATAR BELAKANG Masalah dasar dan tujuan pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Dan dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik itu dibawa. Menurut sejarah bangsa Yunani tujuan pendidikannya ialah ketentraman, mereka berpendapat bahwa berperang adalah suatu perkara yang sangat penting untuk kemuslihatan hidupnya atau dunianya. Oleh karena itu mereka sangat mementingkan pendidikan jasmani, agar badan menjadi sehat ,kuat dan tangkas. Diantara lain lagi ada yang berpendapat bahwa perasaan halus dan suka keindahan adalah suatu hal yang utama guna mencapai hidup bahagia, oleh karena itu mereka sangat pula mengutamakan pendidikan yang dapat menumbuhkan perasaan halus dan keindahan seperti seni musik,lukisan,syair dan sebagainya. Dari pernyataan tersebut orang Yunani menganggap pendidikan adalah yang menentramkan diri mereka dengan begitu pendidikan dijadikan sebagai keindahan dan kekuatan diri mereka. Berkaitan dengan tujuan pendidikan, Plato sangat menekankan pendidikan untuk mewujudkan negara idealnya. Ia mengatakan bahwa tugas pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui lepas dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Aristoteles mempunyai tujuan pendidikan yang mirip dengan Plato, tetapi ia mengaitkannya dengan tujuan negara. Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah sama dengan tujuan akhir dari pembentukan negara yang harus sama pula dengan sasaran utama pembuatan dan penyusunan hukum serta harus pula sama dengan tujuan utama konstitusi, yaitu kehidupan yang baik dan yang berbahagia eudaimonia. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, keperibadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
JICSDUM.
  • gut9v0e9sp.pages.dev/571
  • gut9v0e9sp.pages.dev/249
  • gut9v0e9sp.pages.dev/168
  • gut9v0e9sp.pages.dev/549
  • gut9v0e9sp.pages.dev/561
  • gut9v0e9sp.pages.dev/117
  • gut9v0e9sp.pages.dev/323
  • gut9v0e9sp.pages.dev/379
  • makalah fungsi dan tujuan pendidikan